Monday, October 13, 2014

Pengobatan TKI Korban Penyiksaan.

Lasmiati (bukan nama sebenarnya) adalah TKI asal Cikedung, Indramayu. Awalnya ia ditawari oleh sponsor untuk bekerja di Malaysia dengan gaji RM 800 (sekitar 3 juta rupiah). Sesampai di Jakarta, ia ditampung di wilayah Pasar Rebo Jakarta Timur selama 2 bulan, dan berangkat ke Malaysia pada tanggal 13 Januari 2014 bersama 17 orang temannya.

Sesampai di Malaysia, ia dibawa ke suatu tempat penampungan di daerah Subang Jaya. Di sana ia tinggal di sebuah rumah besar yang berisi TKI yang belum bisa disalurkan atau belum diambil majikan. Setelah hampir 5 hari berada di tempat penampungan yang dijaga ketat dengan pintu gerbang tinggi dan satpam di tiap pintu, pihak agen memberitahunya bahwa ia harus dikirim ke Arab Saudi. Jika tidak mau, ia harus membayar hutang yang telah diterima ibunya dan juga tiket pesawat.

Dengan berat hati ia akhirnya menuruti kata agennya. Tanpa proses lama ia diberangkatkan ke Arab Saudi bersama 7 kawannya. Ia dikawal oleh 2 orang. Sesampai Arab ia dijemput langsung oleh majikannya dan dibawa ke rumahnya. Ia tidak tahu berada di kota apa karena ia tiba di situ pada malam hari.

Keesokan harinya, ia harus mulai bekerja dari pukul 04.00 sampai dengan pukul 02.00 (22 jam per harinya). Apabila ada kesalahan yang dilakukan, ia ditendang dan dijambak oleh majikan perempuan. Semakin hari, Lasmiati semakin sering mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi baik dari majikan laki-laki maupun majikan perempuannya. Bahkan tidak jarang ia dikunci di kamar mandi kalau majikannya pergi agar tidak mengambil makanan di meja makan.

Puncak penderitaannya terjadi pada tanggal 12 Agustus 2014 saat ia dipaksa untuk melayani majikan laki-laki. Ia mencoba melawan dan memberontak berteriak minta tolong, namun justru hantaman sepatu yang ia terima sampai tak sadarkan diri. Saat ia pingsan, dia diperkosa bukan hanya oleh majikannya tapi juga anaknya. Ia tersadar dalam keadaan telanjang di kamar mandi dengan tubuh bersimbah darah.

Keesokan harinya, ia mengalami pendarahan hebat, sering pingsan dan baru tahu kalau tulang kaki dan tulang rusuknya patah. Saat majikan perempuannya datang, ia menangis minta pulang. Dengan merangkak ia membenahi baju-bajunya dan majikan berkata akan mengantar ke bandara untuk pulang ke Indonesia. Namun ternyata sang majikan membuangnya ke jalanan tanpa memberi uang sepeser pun. 
Beruntung ada sesama TKI yang bekerja sebagai sopir menemukan Lasmiati di pinggir jalan. Ia lalu diantar ke KBRI, dan pada bulan September 2014, ia dipulangkan ke Indonesia dalam kondisi yang memprihatinkan. Setiba di Bandara Soekarno Hatta, ia langsung dibawa ke ruang ICU dan harus secepatnya menjalani operasi pembedahan karena terdiagnosa ada penyumbatan darah di paru-paru, dan memulihkan kembali tulang-tulangnya yang patah serta mengeluarkan kaca yang menancap di pahanya.  Sahabat Insan kemudian membantu memberikan dana talangan untuk membeli obat-obatan dan alat perlengkapan operasi.