Thursday, September 17, 2009

Kunjungan Perkumpulan Strada ke Keuskupan Bandung

Hari Rabu, 16 September 2009 pagi sekitar pukul 10.30 WIB Keuskupan Bandung mendapatkan kunjungan dari Perkumpulan Strada Jakarta. Rombongan diterima di Green House. Rombongan ini dipimpin oleh Bapak Saragih yang mewakili Rm. Markus Wanandi selaku pimpinan Perkumpulan Strada. Dalam rombongan ini terdapat pengurus perkumpulan, guru dan siswa-siswi yang mewakili 70-an sekolah yang berada di bawah naungan perkumpulan. Rombongan berjumlah 14 orang yang berasal dari Tangerang, Bekasi dan Jakarta Timur. Dibawah ini suasana pertemuan Caritas Bandung (Cariban) dengan kelompok Strada.









KEMURAHAN HATI STRADA MELUAP SAMPAI KE BANDUNG

Kecuali terdengar bahwa ada gempa, terdengar pula pertanyaan ke PKR KWI, bagaimana menyalurkan sumbangan, bahkan beberapa bertanya tentang nomer rekening keuskupan Bandung.

 

Seperti dulu ketika gempa menimpa DIY dan sekitarnya, keuskupan Agung Semarang juga membuka rekening untuk menampung kemurahan hati umat.

Demikian perkumpulan Strada juga mengirim dana itu melalui rekening bank dan datang sendiri ke Bandung membawa dokumen bantuan dan sumbangan tunai. Demikian kisahnya:

 

Hari Rabu, 16 September 2009 pagi  sekitar pukul 10.30 WIB Keuskupan Bandung mendapatkan kunjungan dari Perkumpulan Strada  Jakarta. Rombongan diterima di Green House. Rombongan ini dipimpin oleh Bapak Saragih yang mewakili Rm. Markus Wanandi selaku pimpinan Perkumpulan Strada. Dalam rombongan ini terdapat pengurus perkumpulan, guru dan siswa-siswi yang mewakili 70-an sekolah yang berada di bawah naungan perkumpulan. Rombongan berjumlah 14 orang yang berasal dari Tangerang, Bekasi dan Jakarta Timur.

 

Kedatangan mereka di sambut oleh perwakilan dari Keuskupan Bandung yaitu Rm. Darman, Rm. Anton, Salomo, Subay, Ubay, Alex dan Frater Darman yang secara khusus datang dari Garut. Pada awal acara, Bapak Saragih memberikan dokumen bantuan uang yang diberikan untuk penanggulangan bencana gempa bumi 2 September lalu yang menimpa sebagian wilayah Keuskupan Bandung.

 

Jumlah bantuan uang tersebut adalah Rp. 347.800.000. Bantuan uang ini sudah ditransfer ke rekening keuskupan pada hari sebelumnya dan sejumlah uang tambahan yang diberikan dalam amplop. Dokumen serta uang tersebut diserahkan oleh Bapak Saragih kepada Rm. Darman. Sejumlah uang tersebut adalah sebuah bentuk aksi kepedulian yang melibatkan 24.000 siswa Perkumpulan Strada.

 

Pada acara tersebut, tim Caritas Bandung (Cariban) yang menjadi animator dalam penanggulangan resiko bencana kali tidak sekedar menerima bantuan saja. Cariban memberi penjelasan mengenai berbagai perkembangan yang informasinya didapat oleh Paroki Tasimalaya, Garut, Santo Paulus Mohamad Toha dan Santo Martinus Margahayu dan hasil survey mandiri Cariban sendiri. Sesi ini sebenarnya bukan sekedar berbagi informasi mengenai situasi terkini belaka, akan tetapi lebih pada semacam penyadaran tentang konsep bencana dan penanganan resiko bencana.

 

Kedua isu tersebut diperkuat juga dengan penayangan sebuah film boneka berdurasi pendek tentang langkah-langkah mengantisipasi ketika terjadi bencana. Film ini digandakan dan diberikan kepada perkumpulan dengan harapan dapat dijadikan sebagai salah satu muatan dalam sistem belajar mengajar di sekolah-sekolah.

 

Kehadiran perkumpulan ini adalah berkat bagi Keuskupan Bandung karena kejadian bencana tersebut meyakinkan bahwa Keuskupan Bandung tidak berjalan sendirian. Namun hal ini juga menandakan bahwa tanggung jawab kita bersama untuk menggunakan bantuan-bantuan tersebut sangat dituntut.  Kami yakin bahwa semangat bela rasa mereka adalah semangat kita juga.

Sumber: dari email Salomo Marbun yang dikirim ke PKR KWI

Friday, September 4, 2009

Bantuan perawatan untuk Bayi Viona

Pada bulan Juli 2009, PKR KWI memberikan bantuan biaya kelahiran serta pengobatan dan rawat inap bagi seorang bayi bernama Viona Kasih Terucy.
Viona lahir pada tanggal 22 Juli 2009 pukul 14.45 WIB di Rumah Bersalin Melania, Matraman Jakarta Pusat. Ia lahir dengan bobot 3.3 kg dan panjang 48 cm. Ia merupakan anak dari seorang pekerja asal Kupang, NTT bernama Jamirah. Sebelumnya, Jamirah bekerja di Malaysia selama 2 tahun. Namun, pada suatu hari ia tertangkap oleh Polisi Malaysia dan dimasukkan ke penjara wanita. Setelah enam bulan dalam penjara, Jamirah dideportasi ke Indonesia dalam keadaan hamil 8 bulan. Keberadaan ayah sang janin tidak diketahuinya karena mereka telah terpisah semenjak Jamilah masuk penjara.
Proses kelahiran Viona yang didampingi oleh Suster Gembala Baik Jatinegara  berjalan dengan lancar. Dalam proses ini, Suster Rina, RGS mengajukan permohonan bantuan kepada PKR KWI. Setelah mempelajari pengajuan tersebut, PKR KWI membantu biaya kelahiran bayi Viona sebesar Rp. 1.800.000.
Namun, karena bayi tersebut memiliki masalah dengan saluran pembuangannya, maka Suster Magalena, FMM dari yayasan Sekar Asih membawanya ke Balkemas di Roxy. Dokter yang ada disana menyarankan untuk memeriksakan Viona ke RS Carolus. Viona dilayani di UGD dan dokter jaga menyarankan untuk rawat inap. Akhirnya Bayi Viona dirawat di ruang Goretty, dan perkembangan kesehatannya masih menunggu informasi dari dokter yang merawatnya. Untuk biaya perawatan ini, Suster Magdalena dari Yayasan Sekar Asih mengajukan permohonan bantuan kepada PKR KWI, dan PKR KWI membantu sebesar sekitar Rp. 1.500.000.

Pendampingan Salim pulang ke Malingping Banten.

Pada bulan September, PKR KWI memberikan bantuan untuk pemulangan Salim, yang bekerja di negeri tetangga dan mengalami patah kaki. Bantuan yang diberikan adalah biaya sewa kendaraan beserta akomodasi sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah).
Setelah beberapa hari ditampung di shelter Peduli Buruh Migran (PBM), pada hari Selasa, 1 September 2009 Salim diantar pulang ke kampung halamannya di Malingping, Serang, Banten. Rombongan berangkat dari shelter pada pukul 21.00 WIB. Perjalanan ditentukan malam hari, agar tidak terjebak macet di jalan. Perjalanan ke Malingping ditempuh selama 7 jam.
Sesampai ditempat tujuan, Salim tidak dapat diantar sampai ke rumah karena:
1. Kondisi jalan yang tidak dpat dilalui kendaraan roda 4
2. Jarak dari tempat istirahat menuju rumah Salim memakan waktu 1 jam dengan ojek.
3. Jalanan bebatu dan banyak tanjakan.
Akhirnya, Salim dijemput oleh salah satu keluarganya dan untuk sementara beristirahat di rumah salah satu saudaranya. PBM sendiri kembali ke Jakarta pada pukul 04.00 WIB dan sampai pada pukul 10.00 WIB.